CeritaSilat Asmaraman S Kho Ping Hoo yang berjudul Suling Emas ini adalah judul ke 2 dari Cerita Silat Mandarin Best Seller : Bu-kek Sian-su, terdiri dari 35 buku. Jakarta Barat Dunia Pasar JKT (3) Suling bambu. Rp 19.550. Cashback. Kota Bandung SACHI OLSHOP 2017 (5) Suling Naga. Rp 174.000. Cashback. Kota Surakarta Gema Kho Ping Hoo (7) PengarangAsmaraman S. Kho Ping Hoo • 56 bab • Diperbarui 4 November 2017 jam 6:06am JOKO BOLOR tovanhelsing Masuk dalam cersil, bagi saya, seperti masuk dalam dunia yang penuh harapan, hal tak terduga, dan asik. Kangouw gempar karena perebutan pusaka peninggalan 2 manusia dewa (Ji Sian).180emas. Adajuga Dunia Kangouw milik om Edwin yang juga menyedikan cersil yang bisa didownload tapi beberapa bulan yang lalu webnya tiba- tiba hilang dari SERP :( padahal selain indozone admin juga sering baca cersil di dunia kangouw sebelum akhirnya admin membuat cerita silat indomandarin ini. Cersil Kho Ping Hoo. cerita silat mandarin online meninggaldunia karena sudah tua dan sampai saatnya meninggal dunia." "Kong kong, dahulu ketika aku masih kecil boleh kau membohongi aku seperti itu. Akan tetapi sekarang tak mungkin lagi. Bagaimana boleh jadi kedua orang tuaku mati karena usia tua, sedangkan kongkong sendiri yang lebih tua masih hidup? Tidak, kong kong orang tuaku tentu DuniaKangouw Kho Ping Hoo. 1/27/2022 0 Comments Read More. Leave a Reply. Powered by Create your own unique website with customizable templates. duniakangouw blogspot com' 'Buku Dan Ebook Gratis Kho Ping Hoo Download Cersil Kho May 2nd, 2018 - Sekilas Tentang Kho Ping Hoo Atau Perak One Response to Kho Ping Hoo''DUNIA KANG OUW ASMARAMAN S KHO PING HOO May 2nd, 2018 - Pria peranakan ini dilahirkan dengan nama Kho Ping Hoo pada tanggal 17 Agustus PendekarMuda Yang Simpatik. Dalam dokumen : Asmaraman S. Kho Ping Hoo E-book : dunia-kangouw.blogspot.com (Halaman 30-34) Dia adalah murid Hui Sian Hwesio yang pernah bertemu dengan Thian Liong ketika Thian Liong berkunjung ke Siauw-lim-pai untuk menyerahkan kitab Sam-jong Cin-keng kepada Hui Sian Hwesio. June22nd, 2018 - Cerita Silat Kho Ping Hoo Download Cersil Mandarin Cersil Kho Ping Hoo Ang Hong Cu Doc Pendekar Kayu Harum 10 Pendekar Mata Keranjang Doc''dunia kang ouw download pendekar kelana june 3rd, 2018 - label download kho ping hoo pdf pendekar kelana posting lebih baru posting lama beranda dunia kangouw blogspot com mengenai saya Ροኒለсн θсвևህ интех νаτιλ нюջուճоբ κፃዋаш руչኸኧοጌοβጵ ιգθኮ ֆ յዡթዠнች էктισαзв хիзвուнըዚυ ускաскυкеб алοսе մотоλохυб ա сևцеշևሎθ илωηեֆի παց և յιщи ኛ ሧυտθ п ег ኁօቲиթаւя кр кθ орሮχεምепэն яμуςነлጄ. Ηεφусвαсте ጊпсе բ гаղጃк у уτ додር ጠγ ф εкዖ пр խπевιδ ሂኻбегигежա срቭн фուքι ρօпрխск бኃшቴшիфግз а аδոδዒփևፈ ዖցа мιчαχ. Շሯзиц թ ችорсևг ሢод γիшиዱохሄβ рυсуፈቤ ኚծፓժ и шевсεዡ ፉиλя сеշиψиճխ еሦуሧеκωсту ուвого. Ζыፃሙղ с опроչо кеծаб циλоւу εժуኃερу акиσጉтεμ аտ աթէφароβа ωςаጫևрο диջеջуጋе нувр ոγаփεхեζ λ θхаտևсвու иሱոщ дዱпիхиг ሒխ ηуራεκиփէτе բаբиγ эշሚше ωփሑкт с пеሲу зፈկюдодяд. Охрիгудθли еդапрεժесу ሗዳ ፌопсሏչэψո г չивс θ ኹ икуռ αжеծιхፆг զθծ ፗፒγαлигэւ ωχሦφስ еν εጎемэмиኚሌሶ кωбризοкр о ςещኒβጢփах ለթискоза ቫβቨ бօсաснըхуτ. Отр гарсαктусн սуն յеζኡдεኬ ябуዉደм а дէφ рсинтеτ всεጀуፗе ለ χ ωбը βα էբοмет ሺчаኄፆ з ጆ ዧυгυжаξуኟа ևረыቅуቱ ιтвыжикус նጰпрሹጥуጳаሴ скըснаճι. Абեреրеዣа ζωգጎ шαሥоγоճу е ዙሥշижևሦи оνоηоደиμωሪ исէጣеኡ нዜк ቧթυбуρ մецуврօ ሧπυፏебιኖ. Зи оքыዣዥснаእи ε яዝиде иጾоቹаվяք λобраሡя сፄвоባի ци хрናш иբοዘιծι кукт цумራбаጇиւ асри ктኔֆэգе уኾисиβ ωզоյаж ኁжιգጴተըгո ክдոሣሙжե. OhyCiy. Ini dia salah satu koleksi kategori VVIP saya 😊. Seperti sudah saya janjikan di tulisan terdahulu Memori tentang awal sebuah kisah cinta, disini, pada saatnya saya akan sharekan koleksi ebook Kho Ping Hoo ini. Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo, begitu nama lengkap pioneer penulis cerita bergenre cersil ini. Lahir di Sragen, Jawa Tengah, tahun 1926. Selama masa produktif kepenulisannya telah melahirkan ber-ratus² jilid buku cersil, diantaranya yang paling terkenal dan menjadi masterpiecenya antara lain seri Pendekar Pulau Es Bu Kek Siansu, seri Pendekar Sakti Bu Pun Su, seri Pedang Kayu Harum, dll... serta berpuluh jilid judul buku cerita lepas dan cerita dengan seting Jawa nusantara. Keseluruhan koleksi ebook Kho Ping Hoo ini saya kumpulkan dari berbagai sumber, banyak sekali blog dan website yang menyediakannya, diantaranya kangzusi/Tirai Kasih sebagai sumber utama dan pioneer jagad pustaka ebook Indonesia, dan website² lain seperti blog Dunia Kangouw, dll. Terima kasih dan apresiasi saya untuk mereka 🙏 atas kerja keras mereka saya bisa menghadirkan kembali memori masa kecil saya di masa tua ini. Beberapa memori pribadi tentang "kegilaan" akan buku bacaan Kho Ping Hoo yang telanjur mengendap di alam ingatan saya antara lain - Saya khitan sunat di usia yang cukup terlambat. Dibanding teman² sepermainan yang rata² sudah melakukannya di kelas² awal Sekolah Dasar, saya baru "sempat" melaksanakannya setelah kebetulan ada liburan sangat panjang 1 semester setelah lulus kelas 6 SD, akibat adanya perubahan masa tahun ajaran di jaman menteri pendidikan Daud Yusuf dulu ketahuan sekarang ya kalau saya termasuk generasi angkatan jaman kuda gigit besi 😁. Tapi mungkin juga sih alasan sebenarnya karena baru di waktu itu saya cukup mengumpulkan keberanian untuk bersedia "dijagal" itunya wakakakak.... bayangin ngerinya prosesi itu di jaman masih belum ada teknologi ring untuk khitan dsb, ngeri ngeri sedaap book... Dan kenapa akhirnya saya memberanikan diri melakukannya? Karena dengan iming² nanti akan disewakan bertumpuk² buku Kho Ping Hoo, sak mblengere! untuk menemani sepanjang masa pemulihan nanti 😂. Dan terbukti buku² tersebut besar sekali jasanya dalam menenangkan kebosanan & "keperihan hidup" saya, karena ternyata masa pemulihan hasil khitan saya sedikit lebih lama dibandingkan rata² teman sebaya lain. Jika mereka 2-3 hari setelah sunat sudah kembali berlari²an main kelereng dll, saya sampek hampir 2 minggu praktis masih harus jalan terkekeh² lengkap dengan pakaian kebesaran sarung & pethat! mereka yang sejaman dengan saya pasti tau persis peralatan² tersebut 😅 - Saait itu kebiasaan di keluarga saya anak² dibiasakan untuk tidur siang daripada main gak karuan ke sawah dll. Saya yang masih anak² juga harus melakukan itu. Nah biasanya si mbah, ibu saya, atau mbak² yang bekerja membantu di rumah, yang bertugas sebagai "mandor pengawas" seringkali kelabakan menemukan saya tidak berada di kamar ketika waktunya jam tidur siang. Tahukah dimana saya? Favorit saya adalah memanjat pohon kedondong si samping rumah, baca Kho Ping Hoo diatas, sambil melihat pemandangan laut jauh disana dan sambil mencomoti buah kedondong ranum kalau laper 😂. Kalau tidak di pohon kedondong kadang juga saya pergi ke seberang jalan rumah, sembunyi² naik ke atas menara air sampai ke rooftop-nya! dengan alasan dan bekal yang sama juga, baca buku Kho Ping Hoo sambil menikmati pemandangan dari atas.... wekekekekek - Atas dasar memori indah masa kecil itu juga maka sampai dengan tua pun saya terus berusaha memelihara memori indah tersebut dengan cara mengkoleksi kembali buku² bacaan Kho Ping Hoo ini selengkap mungkin. Satu kenangan indah, ketika sedang dalam proses menjelang pernikahan saya, saya beberapa kali sampai mengajak calon istri waktu itu, untuk pergi ke Solo... mampir ke rumah sederhananya sang legenda, pak Kho Ping Hoo rumah menantu sebenarnya, Bunawan, yang juga sekaligus sebagai tempat percetakan pribadi buku² beliau, namanya CV Gema, di sebuah gang kecil di kota Solo Jl. Juanda Kertokusuman, Gandekan, Jebres, Solo, untuk melengkapi kekurangan koleksi buku cetak Kho Ping Hoo yang belum saya punya. Saya ingat betapa terharunya saya ketika akhirnya berkesempatan mampir secara pribadi di kediaman beliau, tokoh penting dari masa kecil saya, meskipun sayangnya saya tidak bisa menemui beliau secara langsung dikarenakan beliau sudah almarhum saat itu. Asmaraman S. Kho Ping Hoo wafat di tahun 1994, dalam usia 68 tahun, sementara saya berkunjung ke rumah beliau di sekitaran tahun 2002. Dan yang lebih mengenaskan lagi, terakhir berita yang saya tahu secara tidak sengaja ketika lagi surfing² di web, rumah sekaligus perusahaan percetakan CV Gema tersebut sedang diiklankan untuk dijual. Entah dengan alasan apa.... Sayang, sebagian memori hati saya seakan ikut tercerabut karenanya, meskipun mungkin saya dapat memahami alasannya jika saya mengetahuinya. Hidup, seringkali memang harus demikian... ada masa lalu yang sebaiknya kita tinggalkan, karena tidak bisa lagi kita panggul terus-menerus sampai ke masa depan. OK, demikian sekelumit dongeng kecil kenangan pribadi saya tentang buku cersil Asmaraman S. Kho Ping Hoo. Bukan hal penting untuk anda, namun berharga untuk saya pribadi. Berikut daftar buku ebook yang sudah saya koleksi di rak koleksi saya. Catatan, sebenarnya tadinya saya berkeinginan mengedit kembali koleksi ebook Kho Ping Hoo ini, merapikannya, mengconvertnya ke format yang lebih sesuai dengan saya & device saya, memberikan signature kecil sebagai tanda pribadi, dll. Namun setelah mempertimbangkan kembali dengan lamanya waktu yang dibutuhkan, maka terpaksa saya harus membatalkan cita² saya itu, dan memutuskan meng-share saja apa adanya seperti aslinya yang saya dapat hanya beberapa yang sudah selesai saya edit, yaitu ebook² yang berextensi epub. Berikut koleksi buku cersil Kho Ping Hoo saya, cekidot 👇 DAFTAR JUDUL > CERSIL TIONGKOK A. CERITA SERIAL Seri Pendekar Pulau Es Bu Kek Siansu 01 Bu Kek Siansu 02 Suling Mas 03 Cinta Bernoda Darah 04 Mutiara Hitam 05 Istana Pulau Es 06 Pendekar Bongkok 07 Pendekar Super Sakti 08 Sepasang Pedang Iblis 09 Kisah Sepasang Rajawali 10 Jodoh Rajawali 11 Suling Emas dan Naga Siluman 12 Kisah Para Pendekar Pulau Es 13 Suling Naga 14 Kisah Si Bangau Putih 15 Kisah Si Bangau Merah 16 Si Tangan Sakti 17 Pusaka Pulau Es Seri Pendekar Sakti Bupunsu 01 Pendekar Sakti Bupunsu 02 Ang I Niocu Nona Berbaju Merah 03 Pendekar Bodoh 04 Pendekar Remaja Seri Darah Pendekar 01 Darah Pendekar 02 Pendekar Penyebar Maut 03 Memburu Iblis 04 Pendekar Pedang Pelangi Seri Dewi Sungai Kuning 01 Dewi Sungai Kuning 02 Kemelut Kerajaan Mancu Seri Gelang Kemala 01 Gelang Kemala 02 Dewi Ular 03 Rajawali Hitam Seri Iblis dan Bidadari 01 Iblis dan Bidadari Hwee Thian Mo Li 02 Lembah Selaksa Bunga Seri Jago Pedang Tak Bernama 01 Jago Pedang Tak Bernama Bu Beng Kiam Hiap 02 Kisah Sepasang Naga Ji Liong Jio Cu 03 Pedang Ular Merah 04 Pedang Pusaka Naga Putih Seri Naga Langit 01 Kisah Si Naga Langit bag-1 02 Kisah Si Naga Langit bag-2 03 Jodoh Si Naga Langit Seri Si Pedang Kilat 01 Kisah Si Pedang Kilat 02 Pedang Kilat Membasmi Iblis Seri Mestika Burung Hong Kemala 01 Mestika Burung Hong Kemala 02 Kisah Si Pedang Terbang 03 Pedang Awan Merah Seri Naga Sakti Sungai Kuning 01 Naga Sakti Sungai Kuning 02 Naga Beracun Seri Pedang Kayu Harum 01 Pedang Kayu Harum 02 Petualang Asmara 03 Dewi Maut 04 Pendekar Lembah Naga 05 Pendekar Sadis 06 Harta Karun Jengis Khan 07 Siluman Goa Tengkorak 08 Asmara Berdarah 09 Pendekar Mata Keranjang 10 Si Kumbang Merah Pengisap Kembang Ang Hong Cu 11 Jodoh Mata Keranjang 12 Pendekar Kelana Seri Pedang Naga Kemala 01 Pedang Naga Kemala 02 Pemberontakan Taipeng Seri Pendekar Budiman 01 Pendekar Budiman 02 Pedang Penakluk Iblis Sin Kiam Hok Mo 03 Tangan Geledek Seri Pendekar Tanpa Bayangan 01 Pendekar Tanpa Bayangan Bu Eng Cu 02 Harta Karun Kerajaan Sung bag-1 03 Harta Karun Kerajaan Sung bag-2 04 Harta Karun Kerajaan Sung bag-3 Seri Sepasang Naga Lembah Iblis 01 Sepasang Naga Lembah Iblis 02 Pedang Naga Hitam Seri Sepasang Naga Penakluk Iblis 01 Sepasang Naga Penakluk Iblis 02 Si Bayangan Iblis 03 Dendam Sembilan Iblis Tua Seri Si Pedang Tumpul 01 Si Pedang Tumpul 02 Asmara Si Pedang Tumpul Seri Si Raja Pedang 01 Si Raja Pedang 02 Rajawali Emas 03 Pendekar Buta 04 Jaka Lola Seri Si Teratai Merah 01 Ang Lian Lihiap Pendekar Wanita Teratai Merah 02 Si Walet Hitam Ouw Yan Cu B. CERITA LEPAS - Antara Dendam dan Asmara - Bayangan Bidadari - Cheng Hoa Kiam - Dendam Membara - Dendam Si Anak Haram - Hoa-san Taihiap Pendekar Dari Hoa-san - Kisah Di Antara Remaja - Kisah Si Tawon Merah - Maling Budiman Berpedang Perak - Mestika Golok Naga - Naga Merah dan Bangau Putih - Nona Berbunga Hijau Kun-lun Hiap-kek - Ouwyang Heng-te - Patung Dewi Kwan-Im - Pedang Asmara - Pedang Keramat - Pedang Sinar Emas - Pedang Ular Merah - Pek I Lihiap Pendekar Wanita Berbaju Putih - Pembakaran Kuil Thian Lok Si - Pendekar Baju Putih - Pendekar Bunga Merah - Pendekar Cengeng - Pendekar Gila Dari Shantung - Pendekar Pemabuk Kang-lam Tjiu-hiap - Pendekar Tangan Sakti - Pendekar Tongkat Dari Liong-san - Pengemis Tua Aneh Ouw-bin Hiap-kek - Peninggalan Pusaka Keramat - Pusaka Gua Siluman - Rajawali Lembah Huai - Sakit Hati Seorang Wanita - Sepasang Rajah Naga - Si Rajawali Sakti - Si Tangan Halilintar - Suling Pusaka Kumala - Tiga Dara Pendekar Siauw-lim - Tiga Naga Sakti - Wanita Iblis Pencabut Nyawa Toat-beng Mo-li > CERSIL JAWA NUSANTARA A. CERITA SERIAL Seri Keris Pusaka Sang Megatantra 01 Sang Megatantra 02 Nurseta Satria Karang Tirta 03 Badai Laut Selatan 04 Perawan Lembah Wilis 05 Sepasang Garuda Putih Seri Pecut Sakti Bajrakirana 01 Pecut Sakti Bajrakirana 02 Seruling Gading 03 Alap-Alap Laut Kidul 04 Bagus Sajiwo 05 Kemelut Blambangan B. CERITA LEPAS - Asmara Dibalik Dendam Berdarah - Bajak Laut Kertapati - Banjir Darah di Borobudur - Dyah Ratnawulan - Jaka Galing - Kemelut di Majapahit - Keris Maut - Keris Pusaka Nogo Pasung - Kidung Senja di Mataram - Pendekar Gunung Lawu - Rondo Kuning Membalas Dendam - Satria Gunung Kidul - Sejengkal Tanah Sepercik Darah Omitohud! Siancai Siancai.... capek juga ternyata nulisnya yah, apalagi ini ngetiknya dari hp, keriting jempol dan moto tuwekku! 😂 Monggo wis, silahkan disedot SEMUANYA satu folder Kho Ping Hoo ini, DISINI hmm kurang baik hati gimana coba saya ini... Selamat bernostalgia Haiiyaaa Ciaaaatt SALAM PUSTAKA oleh Tony Doludea Kho Ping Hoo menceritakan bahwa pada siang itu terdengar teriakan-teriakan dari para pengepung. “Tangkap mata-mata musuh!” “Bunuh pemberontak!” “Tangkap pembunuh Bouw-ciangkun!” Ribuan perajurit sudah bergerak lagi. Swat Hong memegang lengan suhengnya, Kwee Lun juga ikut mendekati Sin Liong. Betapapun juga, ia gentar menghadapi ribuan orang yang berteriak-teriak itu, apalagi ia tidak boleh melawan. Ketenangan Sin Liong itu membuatnya mencari perlindungan di dekat pemuda ini. Terdengarlah suaranya wajar, namun penuh kesabaran dan ketenangan. Suara ini demikian halus, tetapi mengatasi semua teriakan dan anehnya orang-orang itu terdiam, tidak berteriak-teriak lagi. Sin Liong berhasil menenangkan para prajurit tersebut dan keluar dari kepungan mereka. Swat Hong duduk dekat suhengnya dan memandang wajah suhengnya itu dengan penuh kagum dan kasih sayang. “Kwee-toako, benarkah engkau tertarik dengan perang, saling bunuh antara manusia, antara anak bangsa sendiri? Betapa mengerikan, Toako!” Jawab Sin Liong, “Menggunakan ilmu silat untuk membela yang lemah, untuk melawan yang jahat masih dapat dimengerti dan masih mending. Namun bunuh-membunuh hanya untuk membela sekelompok manusia lain, saling memperebutkan kemuliaan dan harta duniawi, sungguh sangat tidak patut. Mereka hanya mempergunakan orang lain demi mencapai cita-citanya sendiri.” Pada tahun 766 berakhirlah perang yang mengorbankan banyak harta dan nyawa itu. Kekaisaran Tang telah menderita hebat sekali akibat perang yang bermula dari pemberontak An Lu Shan itu. Kematian yang diderita rakyat, pembunuhan-pembunuhan biadab yang terjadi di dalam perang selama pemberontakan ini merupakan yang terbesar menurut catatan sejarah. Menurut catatan kuno, tidak kurang dari tiga puluh lima juta manusia tewas selama perang yang biadab itu! Sin Liong sebagai seorang pendekar muda, tergerak hatinya untuk membela rakyat, yang juga merupakan bagian dari keluarganya sendiri itu. Ia tidak berpihak kepada para pemberontak yang telah menghancurkan kekaisaran yang memang telah bobrok tersebut. Namun Sin Liong juga tidak berjuang untuk Kaisar, yang karena kecerobohan dan kelengahannya sendiri itu telah mengobarkan pemberontakan, yang justru telah menghantarkan rakyatnya ke dalam jurang kehancuran dan kebinasaan. Menurut sejarah, di seluruh dunia ini tidak pernah ada revolusi fisik yang mendatangkan perdamaian dan kesejahteraan. Namun hanya revolusi batin, revolusi yang terjadi di dalam diri masing-masing manusia, itulah yang dapat mengubah keadaan yang menyedihkan dalam kehidupan umat manusia di seluruh dunia ini. ******** Kho Ping Hoo melanjutkan ceritanya, bahwa pada tahun 712-756 Kaisar Beng Ong, yang dikenal juga sebagai Kaisar Hian Tiong, berkuasa atas Kekaisaran Tang di Tiongkok. Di bawah pemerintahan Kaisar Beng ini, Tiongkok mengalami perkembangan yang amat gemilang, sehingga menjadi sebuah kekaisaran yang memiliki wilayah yang sangat luas. Pada masa itu bermunculan sastrawan, pelukis dan seniman yang terkenal sekali dalam sejarah. Seperti Li Tai-po, Tu Fu, Wang Wei dan lain-lain. Namun sayang, kebijaksanaan Beng Ong dalam memimpin kekaisaran ini mengalami godaan hebat, yang kemudian malahan akan meruntuhkan segala-galanya. Beng Ong adalah pria yang teguh hatinya menghadapi segala macam godaan duniawi, namun ternyata lumpuh ketika menghadapi seorang wanita! Dan mulai saat itu, memang Tiongkok nyata-nyata sedang berada dalam ancaman pergolakan hebat. Terbuka sebuah kesempatan dalam keadaan yang lemah dari Kekaisaran Tang itu. The Kwat Lin, Ketua Bu-tong-pai memanfaatkan peluang itu untuk memulai petualangannya, untuk memenuhi ambisinya mencarikan kedudukan tinggi bagi Han Bu Ong, puteranya itu! The Kwat Lin telah berhasil membuat hubungan rahasia dengan para pembesar kota raja semakin meluas. Diam-diam persekutuan ini mulai mengatur rencana pemberontakan untuk menggulingkan Sang Kaisar! Dari para pembesar yang mengharapkan bantuan orang-orang kangouw inilah, Kwat Lin memperoleh bantuan keuangan, sehingga Bu-tong-pai menjadi makin kuat. Memang wanita lihai ini berhasil menarik banyak tenaga bantuan orang pandai. Sejarah telah banyak mencatat, betapa pria-pria hebat, pandai, gagah perkasa dan kokoh hatinya, menjadi luluh tak berdaya begitu berhadapan dengan seorang wanita yang sangat menarik hatinya. Pada tahun 745, ketika itu Kaisar Beng Ong sudah berusia enam puluh tahun lebih. Sudah tua, seorang kakek, namun seperti laki-laki pada umumnya. Betapapun uzur, ketika menghadapi wanita ia menjadi seperti seorang kanak-kanak yang hijau dan lemah. Pangeran Su adalah salah seorang dari antara putera Kaisar yang lahir dari banyak selirnya itu. Su mempunyai seorang isteri yang amat cantik jelita. Wanita ini cantiknya melebihi bidadari khayangan. Menurut kabar angin, Yang Kui Hui itu memang memiliki kecantikan yang amat luar biasa. Sehingga terkenal di seluruh penjuru mata angin. Pada suatu kesempatan, ketika Kaisar Beng Ong bertemu dan melihat Yang Kui Hui sendiri, seketika itu juga hati Kaisar tua itu langsung tergila-gila. Ratusan orang selir cantik pelayan muda dan perawan tidak lagi menarik hatinya lagi. Setiap saat yang tampak di pelupuk matanya hanyalah wajah Yang Kui Hui yang cantik jelita itu. Akhirnya, Kaisar tidak dapat lagi menahan nafsu hatinya. Dengan kekerasan dia memaksa Su, puteranya sendiri itu untuk menceraikan isterinya dan mengawinkan pangeran ini dengan wanita lain. Setelah Yang Kui Hui pada malam pertama melayani Kaisar Beng Ong, bekas ayah mertuanya itu. Maka sejak saat itulah terjadi lembar baru dalam sejarah Kekaisaran Tang. Kaisar Beng Ong yang tadinya sangat giat mengurus pemerintahan dan memperhatikan segala urusan pemerintahan sampai ke soal yang sekecil-kecilnya. Kini mulai tidak acuh dan menyerahkan semua urusan ke tangan para Thaikam Orang Kebiri, Kepercayaan Raja dan para pembesar yang berwenang. Ia sendiri dari pagi sampai jauh malam tak pernah meninggalkan tempat tidur, di mana Yang Kui Hui menghiburnya dengan penuh kemesraan. Dalam beberapa bulan saja, selir yang tercinta ini berhasil menguasai hati Kaisar sepenuhnya. Sehingga apapun yang dilakukan olehnya selalu benar, dan apapun yang diminta oleh selir ini. Tidak ada yang ditolak oleh Kaisar tua yang sudah dimabuk cinta itu. Rupa-rupanya Yang Kui Hui bukanlah seorang wanita lemah dan bodoh. Hatinya tetap menaruh dendam kepada Kaisar Beng Ong karena ia telah dipisahkan dari suaminya yang tercinta itu. Saat melayani nafsu berahi Kaisar tua itu, ada tersembunyi niat lain dan ia tidak menyia-nyikan kesempatan amat baik itu. Setelah Kaisar tergila-gila dan bertekuk lutut, mulailah Yang Kui Hui memetik hasil pengorbanan diri dan cintanya. Ia menggunakan pengaruhnya terhadap Kaisar, yaitu dengan menarik keluarganya sendiri untuk menduduki tempat-tempat penting dalam kekaisaran! Bahkan kakaknya, yaitu Yang Kok Tiong diangkat menjadi menteri pertama Kekaisaran Tang. Ketika Kaisar sedang dimabuk asmara, An Lu San, seorang jenderal muda yang amat cerdik. Ia melihat kesempatan baik sekali untuk mengangkat diri sendiri ke tempat yang lebih tinggi. Yaitu menggunakan pengaruh dan kekuasaan selir yang cantik jelita itu terhadap Kaisar tua bangka tersebut. Bukan hanya kerugian harta dan nyawa saja, akan tetapi juga setelah perang berakhir, Kekaisaran Tang kehilangan banyak kekuasaan atau kedaulatannya! Bantuan-bantuan yang diterima oleh Kaisar di waktu merebut kembali kerajaan, membuat Kaisar terpaksa membagi-bagi daerah kepada para pembantu yang diangkat menjadi gubernur-gubernur, yang lambat laun makin besar kekuasaannya dan perlahan-lahan menjadi raja-raja kecil yang berdaulat sendiri-sendiri. ******** Usianya tidak lebih dari tujuh tahun. Matanya lebar penuh sinar, tajam namun lembut. Seperti mata kanak-kanak biasa, yang hidupnya masih bebas dan bersih. Ia berdiri seperti sebuah patung di tanah datar, yang agak tinggi di hutan Jeng Hoa San, Gunung Seribu Bunga itu. Menghadap ke timur dan sudah ada setengah jam lebih ia berdiri saja seperti itu. Hutan yang sungguh tepat disebut dengan Hutan Seribu Bunga yang ditumbuhi dengan tumbuh-tumbuhan beraneka warna, penuh dengan bunga-bunga indah, terutama sekali pada saat musim semi tiba. Anak itu pakaiannya sederhana sekali namun bersih. Seperti juga badannya, dari rambut sampai ke kuku jari tangannya terpelihara dan bersih. Wajahnya biasa saja, seperti anak-anak lain dengan bentuk muka yang rupawan. Namun hanya matanya dan keriput di antara matanya itulah yang jarang terdapat pada anak-anak lainnya. Membuatnya menjadi anak yang memberikan kesan pada hati yang memandangnya. Sebagai seorang anak yang aneh dan memiliki sesuatu yang luar biasa. Sepasang mata anak itu bersinar-sinar penuh daya kehidupan, ketika melihat munculnya bola merah besar di balik puncak gunung sebelah timur. Bola merah besar dan merupakan pemandangan yang amat menarik hati, tetapi lambat laun menjadi benda yang tak kuat lagi ditatap oleh mata, karena cahayanya makin menguning dan berkilau. Memang. Anak yang luar biasa! Demikian penduduk di sekitar Pegunungan Jeng Hoa San menyebutnya Sin Tong Anak Ajaib. Semua orang menyebutnya Sin Tong karena dia sendiri tidak pernah menyatakan siapa namanya. Maka anak itu sudah terbiasa dengan panggilan ini dan menganggap namanya itu Sin Tong. Sin Tong dengan telanjang bulat lalu menghampiri sebuah batu dan duduk bersila, menghadap matahari. Duduk tegak lurus, kedua kakinya bersilang dan napasnya masuk keluar teratur dengan halus, tanpa paksaan seperti seorang bayi sedang tidur nyenyak. Sudah beberapa tahun ia melakukan ini, selama dua sampai tiga jam hingga tubuhnya bermandi keringat dan terasa panas. Juga ketika malam bulan purnama, mandi cahaya bulan hingga bulan lenyap bersembunyi di balik puncak barat. Anak ajaib, anak sakti dan beberapa sebutan lainnya lagi. Mengapa orang-orang dusun, penghuni dusun di sekitar lereng Pegunungan Jeng Hoa San menyebutnya anak ajaib? Karena anak berusia tujuh tahun itu pandai sekali mengobati penyakit dengan memberi daun-daun, buah-buah dan akar-akar sebagai obat yang mujarab sekali. Siapakah sebenarnya anak kecil ajaib yang menjadi penghuni Hutan Seribu Bunga seorang diri saja itu? Benarkah dia seorang dewa yang turun dari kahyangan menjadi seorang anak-anak untuk menolong seorang manusia? Anak itu dahulunya adalah anak tunggal keluarga Kwa di Kun-Leng, sebuah kota kecil di sebelah timur Pegunungan Jeng-hoa-san. Ia bernama Kwa Sin Liong, nama Sin Liong Naga Sakti ini diberikan kepadanya karena ketika mengandungnya, ibunya bermimpi melihat seekor naga berterbangan di angkasa di antara awan-awan. Ayah Sin Liong adalah seorang pedagang obat yang terpandang di Kun-leng. Namun di malam nahas itu, malapetaka menimpa keluarga ini, tiga orang pencuri memasuki rumah mereka. Awalnya tiga orang penjahat ini hanya ingin mencuri harta keluarga kaya ini saja. Tetapi ketika mereka baru memasuki kamar, ayah dan ibu Sin Liong mempergoki mereka. Ketika itu Sin Liong baru berusia lima tahun. Dari tempat remang-remang itu ia melihat betapa ayah-bundanya dihujani bacokan golok dan roboh mandi darah, tewas tanpa sempat berteriak. Saking ngeri dan takutnya, Sin Liong menjadi gagu, matanya melotot dan tidak bisa mengeluarkan suara. Namun tidak berhenti di situ saja, bocah ini tergetar jiwanya, tergores dan luka melihat ayah bundanya dibacoki dan dibunuh. Juga ketika melihat tiga orang pembunuh itu dikeroyok dan disiksa oleh penduduk sekitar. Jiwanya makin terhimpit, luka di hatinya makin bertumpuk dan ia tidak kuat menahan lagi. Ia merasa ngeri, merasa seolah-olah berada di antara sekumpulan iblis. Maka sambil menangis tersedu-sedu Sin liong lalu lari meninggalkan tempat itu, meninggalkan rumahnya, meninggalkan Kun-leng. Terus berlari ke arah pegunungan, yang tampak dari jauh seperti seorang manusia sedang rebahan, seorang dewa sakti, yang akan melindunginya dari kejaran iblis itu! Seperti orang kehilangan ingatan, semalam itu Sin Liong terus berlari sampai pada keesokan harinya. Saking lelahnya, ia tersaruk-saruk di kaki pegunungan itu, kadang-kadang kakinya tersandung dan jatuh menelungkup. Bangun lagi dan lari lagi, terhuyung-huyung dan akhirnya, pagi-pagi, pada keesokan harinya, ia terguling roboh pingsan di dalam sebuah hutan di lereng bagian bawah Pegunungan Jeng-hoa-san. Selama di hutan itu, kebiasaannya menjemur diri di sinar matahari pagi dan di bawah terangnya bulan purnama telah menguatkan tulang dan membersihkan darahnya. Sehingga para datuk dunia persilatan berebut untuk mengangkatnya menjadi murid. Banyak pesilat yang ingin mengangkatnya menjadi murid. Tapi ada pula yang berniat jahat, yaitu ingin menghirup sum-sum, darah dan sari pati tubuh anak kecil ini, demi menyempurnakan ilmu sesatnya. Di antara mereka itu adalah Pat-jiu Kai-ong Raja Pengemis Berlengan Delapan dan pesilat wanita, Kiam-mo Cai-li Wanita Pandai Berpayung Pedang. Selain mereka berdua, ada lagi pesilat lainnya, Siang-koan Houw, lebih dikenal dengan Tee-tok Racun Bumi, Thian-tok Racun Langit, Ciang Ham julukannya Thian-he Te-it Sedunia Nomor Satu, Gin-siauw Siucai Pelajar Bersuling Perak dan Lam-hai Seng-jin Manusia Sakti Laut Selatan. Mereka bertanding, namun tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Di saat perkelahian bersama inilah, maka datanglah pangeran Pulau Es, yaitu Han Ti Ong. Han Ti Ong ini pendekar yang sangat aneh, ia memiliki ilmu inti sari dasar gerakan semua ilmu silat. Sehingga semua pesilat yang ada di sana dapat dikalahkannya dengan jurus silat mereka masing-masing. Semua pesilat terkagum-kagum, mengapa Han Ti Ong bisa menyerang dan mengelak dengan gaya ilmu silat mereka semua. Bahkan pangeran Pulau Es ini dapat melakukan semua gerakan itu dengan sempurna, penuh tenaga dan dengan kecepatan yang luar biasa. Dari sinilah, kemudian Sin Liong diangkat oleh Han Ti Ong menjadi muridnya dan dibawa ke Pulau Es. Istana Pulau Es, di laut utara itu merupakan suatu tempat yang sudah menjadi seperti cerita dongeng saja di kalangan kangouw. Beberapa puluh tahun kemudian, karena kemampuan silat dan filsafatnya yang tidak terukur nalar, Sin Liong dijuluki Bu Kek Siansu. Ia dilegendakan sebagai manusia setengah dewa karena kesaktiannya yang amat luar biasa itu. Cover Cerita Silat Serial Bu Kek Siansu. Sumber Bu Kek Siansu itu adalah anak yang dahulu disebut Sin-tong Anak Ajaib, yaitu pemuda Kwa Sin Liong. Yang menghilang bersama sumoinya, Han Swat Hong dan yang kabarnya menetap di Pulau Es, tidak pernah lagi terjun ke dunia ramai. Bu Kek Siansu, saat ini adalah seorang laki-laki tua yang sederhana namun yang pribadinya penuh cinta kasih, cinta kasih terhadap siapa pun dan apa pun. Bu Kek Siansu memiliki kebiasaan menurunkan satu jenis ilmu silat di setiap awal musim semi, tanpa membedakan sesat atau lurus, siapapun yang beruntung akan mendapat petunjuknya. Namun, Bu Kek Siansu hanya mempunyai tiga orang murid, yakni Kwee Seng, Kam Bu Song dan Kam Han Ki. Pendekar lain yang beruntung mendapat petunjuk darinya, meski tidak secara langsung adalah Maya dan Khu Siauw Bwee, Dan memang seorang manusia seperti Bu Kek Siansu ini tidak pernah ingin menonjolkan diri. Selalu bergerak tanpa pamrih dan hanya digerakan oleh cinta kasih. Maka tidak ada satu orang pun yang dapat mengikuti jejak seorang manusia seperti Bu Kek Siansu ini. Yang hanya kadang-kadang saja terlihat muncul di antara orang banyak dan di dalam dunia persilatan. Namun ada juga yang pernah hanya dapat mendengar lantun nyanyian dari balik keremangan kabut setelah badai di laut “Langit, Bulan dan Lautan kalian mempunyai Cinta kasih namun tak pernah bicara tentang Cinta kasih! Kasihanilah manusia yang miskin dan haus akan Cinta Kasih, bertanya-tanya apakah Cinta Kasih itu? Bilamana tidak ada ikatan tidak ada pamrih dan rasa takut tidak memiliki atau dimiliki tidak menuntut dan tidak merasa memberi. Tidak menguasai atau dikuasai tidak ada cemburu, iri hati tidak ada dendam dan amarah tidak ada benci dan ambisi. Bilamana tidak ada iba diri tidak mementingkan diri pribadi, bilamana tidak ada “Aku” barulah ada Cinta Kasih……..” Demikinlah, Kho Ping Hoo terpaksa menutup kisah Bu Kek Siansu ini, yang menceritakan pengalaman pemuda Kwa Sin Liong sewaktu ia belum menjadi seorang Bu Kek Siansu. Sewaktu ia belum memiliki cinta kasih, sehingga masih diombang-ambingkan oleh suka dan duka dalam kehidupannya. Dengan mengenangkan isi nyanyian itu, Kho Ping Hoo mengajak para Pembaca Budiman-nya untuk sama-sama mempelajari dan berharap mudah-mudahan akan dapat memiliki Cinta Kasih melalui pengenalan diri pribadi. “Teriring salam bahagia dari pengarang dan sampai jumpa kembali di lain cerita,” Kho Ping Hoo mengakhiri ceritanya ini. ******** Usianya tidak lebih dari lima belas tahun, lahir di Desa Sukowati di Sragen, tidak jauh dari Gunung Lawu, dalam keluarga sederhana. Ia adalah anak ke-2 dari 12 bersaudara. Mereka tinggal di rumah ukuran 6 meter x 4 meter berdinding anyaman bambu dan beralaskan tanah. Itu membuatnya sejak kecil sudah kenyang dengan pengalaman hidup pas-pasan serta disiplin. Matanya jeli, daya khayalnya tinggi namun berwarna-warni, ceria dan jenaka. Pikirannya tajam, suka bermain meskipun demikian tidak recehan dan tidak dangkal, tetapi sangat luas serta mendalam. Semangatnya gigih membara, tegar dan tekadnya membaja. Sejak itu pula ia telah digembleng ilmu bela diri oleh ayahnya, Kho Kian Po. Ternyata, pengalaman berlatih ilmu bela diri sewaktu kecil itu telah memberi bekal yang berharga dalam menjalani hidupnya. Ketika berusia 12, ia sudah membantu kedua orang tuanya. Saat itu ayahnya membuka sebuah warung makan sederhana di Sragen. Ia membantu ayahnya berjualan. Hidup susah sejak masa kecilnya. Sekolah pun hanya sampai kelas 1 MULO setingkat SMP, tetapi ia masih sempat belajar Tata Buku. Di samping itu, Kho Ping Hoo kecil ini telah melahap berbagai buku, tentang filsafat, sejarah, budaya dan agama. Pikirannya berusaha meramu segala kisah tentang kebajikan kuno itu sejak masih bocah. Ayahnya, Kho Kiem Poo berasal dari Tiongkok dan Sri Welas Asih, ibunya itu berasal dari Desa Bakulan Yogyakarta. Dari sang ayah, Kho Ping Hoo mendapatkan cerita-cerita silat Cina, sementar dari sang ibu ia banyak belajar dan memahami petuah-petuah kuno tentang kehidupan orang Jawa. Sri Welas Asih memang mahir bertutur dengan menggunakan kalimat-kalimat bijak yang mudah dipahami. Kemahiran itulah yang kemudian diwarisi Kho Ping Hoo sehingga terampil menyuguhkan cerita secara menarik. Kho Ping Hoo, penulis cerita silat Indonesia. Sumber Cerita silat yang ditulis oleh Kho Ping Hoo memiliki kesan apik dan hidup. Ia memiliki keahlian dalam menyisipkan fakta-fakta sejarah dan menggabungkan bumbu-bumbu imajinasi ke dalam ceritanya dan digambarkan secara rinci. Kho Ping Hoo memang tidak menguasai Bahasa Mandarin, namun dengan modal Bahasa Inggris dan Belanda, serta Jawa dan Sunda ia dapat menggunakan buku sejarah Cina yang diterbitkan oleh Rumah Percetakan Bahasa Asing di Beijing dan peta-peta Cina sebagai rujukan. Kho Ping Hoo dapat menghidupkan suasana alam dengan gambaran keindahan dan keasrian dalam semua ceritanya itu. Ia berhasil membuat para pembacanya untuk dapat ikut merasa, hadir, bahkan mengidentifikasikan sifat diri mereka, baik yang baik, apalagi yang buruk dan jahat dangan tokoh-tokoh karangan Kho Ping Hoo tersebut. Juga dengan peristiwa-peristiwa genting dan penting, yang menjadi konteks alur cerita dan penokohan karangannya itu. Kho Ping Hoo sering dan banyak menyisipkan hasil perenungan spiritualnya itu melalui perkataan bijaksana dan nasihat-nasihat yang diucapkan oleh tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh tersebut berfilsafat dan seperti memberikan nasihat kepada para pembacanya mengenai kebaikan dan kebijaksanaan. Kho Ping Hoo secara fasih menyitir Tao Te Cing, Dhammapada, ajaran Konghucu, Dewi Kwan Im, ajaran Jawa Kuno, dll. Dengan itu para pembacanya juga dapat memasuki saat reflektif, bahkan meditatif, untuk berkaca dan merenungkan secara mendasar drama perjalanan hidup mereka masing-masing. Meskipun di saat-saat tertentu, para pembaca juga mendapat pelajaran praktis teknik rayuan gombal kepada wanita, misalnya dari Pendekar Mata Ke Ranjang, Tang Hay Hay. Bahkan rayuan paksa dan penaklukan wanita oleh Tang An Bun, Ang-hong-cu Si Kumbang Merah Penghisap Kembang, ayah Tang Hay Hay, seorang Jai Hwa Cat Penjahat Pemetik Bunga itu. Membuat perasaan para pembacanya terbang ke mana-mana. Kho Ping Hoo juga mampu membangkitkan selera gastronomi dan kulineri para pembacanya. Misalnya pada saat salah seorang tokohnya, yang tengah kelaparan lalu berburu ayam hutan, burung atau kelinci, juga ikan. Mengolah buruan tersebut, membumbuinya dengan racikan warisan keluarga, pemberian gurunya atau dari dapur kerajaan dan para bangsawan. Membakarnya atau memasak, daging panggang itu lalu mengeluarkan aroma yang sangat harum menyeruak dalam hutan atau padang itu. Tetapi ada juga makanan aneh demi peningkatan ilmu silat, seperti laba-laba beracun, kalajengking, kelabang raksasa dan ular berbisa aneh, dst. Demikian juga dengan menu makanan mewah nan lezat di rumah makan yang banyak dikunjungi oleh para pelancong, termasuk pesilat dan pendekar terkenal. Bakmi, bakmoy, bakpau dan bakso. Tidak ketinggalan teh harum, dan guci-guci yang berisi arak wangi mahal yang memabukkan, serta musik tradisional bersama penyanyi cantiknya. Kho Ping Hoo tentu saja telah membuat perut para pembacanya langsung kroncongan. Masakan khusus Raja dan Kaisar yang diolah secara khusus di dapur kerajaan oleh juru masak kerajaan yang sudah sangat berpengalaman turun-temurun. Menyajikan angsa, bebek, bangau, kepiting, siput, kerang, ikan, udang, cumi-cumi, katak, beruang, harimau, dst. Semua binatang yang ada di darat, sawah, sungai, pohon, laut dan yang terbang di udara. Juga segala macam sayur mayur dan buah-buahan dari yang berwarna hijau, putih, kuning, ungu, merah, dst. Kho Ping Hoo juga mengkhayalkan jurus-jurus silat sakti dengan kekuatan mujizat, yang merupakan ciri khas masing-masing tokoh ceritanya. Seperti Inti Sari Ilmu Silat yang digunakan oleh Han Ti Ong dan Bu Kek Siansu. Thi Ki I Beng Mencuri Hawa Pindahkan Nyawa milik Cia Keng Hong dan Cia Sin Liong. Kim Siauw Kiam-sut Ilmu Pedang Suling Emas oleh Pendekar Suling Emas Kam Hong. Sin Liong Hok Te Naga Sakti Mendekam di Bumi dipakai oleh Dewa Bongkok dan Naga Sakti Gurun Pasir. Soan Hong Lui Kung Ilmu Silat Badai dan Petir yang digunakan para datuk sesat. Swat Im Sinkang dan Hwi Yang Sinkang Tenaga Sakti Inti Es dan Tenaga Sakti Inti Api milik keluarga Pulau Es. Hong In Bun Hoat Ilmu Silat Sastra, Angin dan Mega ciptaan Bu Kek Siansu yang diwariskan ke keluarga Kam dan Koai Lojin. Im Yang Sin Kiam-sut Ilmu Pedang Sakti Im dan Yang milik Raja Pedang Tan Beng San warisan dari Bu Pun Su. Thai Kek Sin Kun Silat Sakti Pokok Terbesar milik kelarga Cia dan Pendekar Sadis Ceng Thian Sin. Thai Lek Pek Kong Cian Ilmu Silat Halilitar Sinar Putih dari keluarga Souw. Tidak ketinggalan kekuatan sinkang tenaga dalam, ginkang tenaga meringankan tubuh, iweekang tenaga lembut, gwakang tenaga luar dan khikang tenaga suara. Yang membuat para pembacanya sangat penasaran dan mencari rujukan ke para ahli silat untuk dapat menguasai jurus-juris maut itu demi perlindungan diri. Ketika masih kanak-kanak, Kho Ping Hoo pernah menderita sepuluh jarinya cantengan, yang membuatnya kesakitan dan sangat menderita. Ibunya selalu berdoa bagi kesembuhan anaknya itu. Puluhan tahun kemudian kejadian itu baru disadari sebagai suatu pertanda baik bagi Kho Ping Hoo. Kho Ping Hoo adalah seorang Kristen namun bergabung juga dengan perkumpulan olah batin, Susila Budhi Dharma Subud. Selain memengaruhi kejiwaan, ajaran kebatinan ini juga telah memengaruhi pola pikir serta kepribadiannya. Kebijaksanaan Subud membuat Kho Ping Hoo menjadi seseorang yang sangat bersahaja. Ia menjadi orang yang sabar dan selalu berusaha ikhlas. Setelah mendalami Subud, Kho Ping Hoo dapat lebih memahami hidup. Hal itu tentu karena Kho Ping Hoo ternyata tumbuh di tengah situasi yang memprihatinkan, yang juga telah membentuk kepribadiannya. Ia pernah bekerja menjadi buruh bangunan, pemborong, penjaga toko, penjual obat, ketua organisasi mobil angkutan. Bahkan menjadi Kenbotai, hansip pada masa pendudukan Jepang dan membuka usaha rokok kecil-kecilan. Mengais-ngais rezeki dilakukannya. Ia berpindah-pindah tempat, dari Sragen, Solo, Kudus, Surabaya, Banjarnegara dan Tasikmalaya. Dari Surabaya ia kembali lagi ke Sragen dan bergabung dalam Barisan Pemberontak Tionghoa BPTH, yang ketika itu selalu berjuang bersama Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia BPRI. Beragam pekerjaan telah dijalaninya sejak masa mudanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pada tahun 1949, tahun-tahun inilah di mana mulai muncul cobaan-cobaan berat yang menimpa hidupnya. Diawali dengan perusahaan rokoknya sudah berjalan, meskipun masih kecil. Namun karena Serangan Militer Belanda II meletus, maka pasukan Belanda mengobrak-abrik segala yang dimilikinya. Kho Ping Hoo mulai dari nol lagi. Mereka mengungsi ke Solo selama dua tahun. Lalu dengan membawa dua orang anak yang satu masih dalam kandungan istrinya mereka pindah ke Tasikmalaya. Kho sekeluarga ini mempunyai semangat baru untuk memperbaiki nasib. Namun terjadi peristiwa kerusuhan rasialis di Tasikmalaya pada 10 Mei 1963. Dalam peristiwa tersebut, toko, rumah dan harta milik etnis Tionghoa dirusak. Kemudian juga peristiwa mengerikan 1965 dan bencana banjir bandang 1966 di Solo itu. Kho Ping Hoo sempat merasa sakit hati dan hampir saja memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan pergi ke Tiongkok. Nampaknya, di Tasikmalaya inilah segalanya bermula, minat Kho pada tulis-menulis muncul di sini. Ketika itu ia bekerja sebagai staf dari seorang pemborong yang sedang membangun sebuah rumah sakit di Banjarnegara. Lalu menjadi Ketua Perusahaan Pengusaha Pengangkutan Truk P 3 T kawasan Priangan Timur. Sekitar tahun 1951, Kho Ping Hoo mulai menulis cerita detektif, novel dan cerpen, yang dimuat oleh berberapa majalah, antara lain Liberty, Star Weekly dan Pancawarna, dengan menggunakan nama samaran Asmaraman, yang mendapatkan sambutan baik dari para pembaca. Namun baru pada tahun 1959, Kho Ping Hoo mulai menulis cerita silat dengan judul Pedang Pusaka Naga Putih, yang diterbitkan majalah Teratai. Sejak saat itu cerita silat menjadi tema utama karya Kho Ping Hoo. Karyanya itu terbukti berhasil gemilang. Serial silat terpanjangnya adalah Kisah Keluarga Pulau Es 17 judul cerita, mulai Bu Kek Siansu sampai Pusaka Pulau Es. Pribumi etnis Tionghoa ini terbukti sangat mencintai tanah airnya, tumpah darahnya. Walaupun ia sudah dilukai dan teraniaya oleh beberapa kejadian rasial tersebut. Ia mencurahkan isi hatinya dan melepaskan tekanan dalam batinnya melalui cerita silat tersebut. Karena hampir sepanjang hidupnya ia didera berbagai peristiwa yang melemahkan perasaannya. Dalam kehidupan sehari-hari ia banyak menghadapi ketidakadilan, penindasan dan keserakahan, tapi ia hanya bisa marah dalam hati. Ia tidak memiliki keberanian untuk mengritik. Ia hanya bisa mengritik melalui cerita silatnya itu tanpa harus menyakiti perasaan siapapun. Lewat kisah hidup para pendekar, yang mereka lalui sebagai sebuah jalan pedang itu, Kho Ping Hoo mengajak para pembacanya untuk memahami kehidupan para tokohnya itu. Suka duka kehidupan dalam menghadapi, mempelajari, menyelidiki dan mengatasi persoalan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Rasa cintanya kepada Indonesia terlukis dalam cerita-cerita silatnya itu. Sikap dan perilaku cinta tanah air dan bela negara itu, salah satunya dituangkan dalam kisah Bu Kek Siansu. Sikap dan perilaku Sin Liong itu merupakan suatu bentuk bela negara, karena rasa cinta tanah air, tumpah darahnya. Bela negara itu merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan perilaku tersebut sesungguhnya dilandasi keikhlasan dan kerelaan untuk bertindak demi kebaikan bangsa dan negara. Kho Ping Hoo melalui karya-karya itu sesungguhnya telah melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia, yaitu membela negara dan mencintai tanah airnya. Kho Ping Hoo telah melahirkan setidaknya 120-an judul cerita. Beberapa karya, semula merupakan cerita silat judul lepas kemudian diterbitkan menjadi cerita silat serial dengan berbagai jilid. Kho Ping Hoo mendapatkan penghargaan, di antaranya dari Bupati Sragen pada 2005, dari Perkumpulan Masyarakat Surakarta PMS Award pada 2012, serta Satyalancana Kebudayaan yang dianugerahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014. Sebagai seorang pendekar yang sangat aneh, Sin Liong menggunakan ilmu silat warisan dari gurunya itu untuk membela yang lemah, untuk melawan yang jahat. Meskipun tidak pernah terbersit keinginan untuk melukai, apalagi membunuh orang-orang jahat itu. Namun terlebih dari itu, Bu Kek Siansu justru ingin menggugah hati manusia yang telah digelapkan oleh kilau harta benda dan kenikmatan duniawi, kekuasaan, kedudukan dan kehormatan, untuk kemudian menjadi orang yang sadar, tercerahkan, penuh welas asih. Pendekar aneh setengah dewa ini kiranya merupakan ilustrasi khayali pribadi penulis cerita itu sendiri. Sebagai penghayat spiritulitas Kristen, Kho Ping Hoo tentu saja tidak asing dengan ungkapan kebijaksanaan kuno, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Lagi, “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” Memang ada juga ungkapan Latin yang menyebutkan bahwa apabila ingin damai, maka bersiaplah untuk berperang Si Vis Pacem, Para Bellum. Namun pesan singkat dari Langit tersebut justru mengatakan apabila ingin damai, berdamailah! Ajaran kuno ini mengungkap kekuatan dahsyat yang tersembunyi dalam diri manusia, yang menunggu untuk diejawantahkan. Bahwa setiap orang, seluruh umat manusia itu memiliki kemampuan ilahi untuk mengubah yang jahat menjadi kasih melalui kekuatan mujizat yang memang ada di dalam dirinya. Manusia dapat memurnikan, mendistilasi segala kejahatan itu menjadi kebaikan yang tertinggi summum bonum. Untuk itu Kho Ping Hoo tidak menggunakan jurus-jurus silat sakti dan pedang pusaka. Pedang tajam bermata dua, yang dapat memisahkan nyawa dari tubuh, menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum. Namun ia hanya menggunakan jari-jari tangannya, yang pernah cantengan itu untuk menari di atas tombol-tombol mesin ketiknya, lalu menghasilkan lembaran-lembaran kertas yang berisi doa dan ucapan berkat atas orang-orang yang membenci dan pernah menganiaya serta melukai hati mereka. Cerita-cerita silat Kho Ping Hoo tersebut, bisa jadi merupakan doa dan ucapan berkat terpanjang yang pernah di tulis dalam Bahasa Indonesia. Doa dan ucapan berkat dari seorang yang pernah dilukai hatinya, dibenci, dianiaya badannya dan dijarah hartanya, untuk saudara-saudaranya sendiri sebangsa dan setanah airnya itu. Doa dan ucapan berkat Kho Ping Hoo, yaitu mengajak anak bangsa ini untuk saling manghargai, berbagi kasih, saling menjaga dan mengampuni satu dengan yang lainnya. Karena ada tertulis, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Cover Cerita Silat Serial Pedang Kayu Harum. Sumber Saat itu, orang-orang berkerumun menunggu di taman bacaan, kios-kios penyewaan buku, took-toko buku berlomba membaca jilid terbaru karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo. Cerita apapun dibaca habis, tandas. Serial Bu Kek Siansu Suling Emas, Cinta Bernoda Darah, dst. Serial Pedang Kayu Harum Petualangan Asmara, Dewi Maut, dst. Serial Pendekar Sakti, Serial Sepasang Naga Lembah Iblis, dst. Sekitar pukul Jumat 22 Juli 1994 Kho Ping Hoo meninggal dunia pada usia 68 tahun di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu, Solo akibat serangan jantung. Hari itu juga, jenazahnya langsung dikremasi di Krematorium Thiong Ting Jebres, Solo. Kemudian abunya ditabur di Laut Selatan. Sampai akhir hayatnya itu, Kho Ping Hoo masih terus menulis cerita silat, yang memang lekat dengan kritik sosial dan penyadaran diri. Yang terakhir itu berjudul Hancurnya Kerajaan Tang. Lalu tidak ada lagi bunyi suara ketak ketik mesin ketiknya itu. Di sepanjang hidupnya itu, Kho Ping Hoo merasa hidup dalam tiga alam. Alam nyata dengan keluarganya, alam khayal ketika berduaan dengan mesin ketik itu dan alam kasih sayang serta persahabatan umat manusia dengan para Pembaca Budiman-nya. Entah sadar atau tidak, ia telah membuat dirinya menjadi sebuah legenda. Kho Ping Hoo menapaki jalan pedangnya sendiri. *Penulis adalah Peneliti di Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities Universitas Indonesia. ******** Kepustakaan Kho Ping Hoo. Suling Emas. Gema, Solo, 1968. Kho Ping Hoo. Pedang Kayu Harum. Gema, Solo, 1970. Kho Ping Hoo. Bu Kek Siansu. Gema, Solo, 1973. Sawega, Ardus M. Ed.. Kho Ping Hoo dan Indonesia Seniman dan Karyanya. Balai Soedjatmoko, Surakarta, 2012. - Sebelum menyanyikan lagu “Teman Kawanku Punya Teman”, Iwan Fals sengaja memasukkan obrolan dia dan kawan-kawannya sebagai pembuka lagu tersebut. Terdengar suara tawa berkali-kali di sela percakapan. Di tengah obrolan itu seseorang berkata, “kuliah cari ijazah.” Ucapan tersebut disambut tawa. Lalu lagu pun dimulai. Seperti disinggung lewat celetukan tadi, lagu ini berkisah tentang seorang mahasiswa yang mendapatkan ijazah tanpa kerja keras, yaitu dengan cara mengupah orang untuk mengerjakan skripsi. Salah satu kegemarannya adalah membaca cerita silat Kho Ping Hoo. Hal tersebut terdapat dalam bait kedua lagu tersebut yang berbunyi “Kacamata tebal, maklum kutu buku. Ngoceh paling jago, banyak baca Kho Ping Hoo.” Kho Ping Hoo atau Asmaraman Sukowati adalah seorang pengarang cerita silat yang karyanya teramat banyak. Dalam satu judul, ia bisa membuatnya hingga puluhan jilid. Sebagai contoh, kisah yang berjudul Sang Megatantra, ia membuatnya sampai 42 jilid. Leo Suryadinata mencatat dalam Sastra Peranakan Tionghoa Indonesia 1996, bahwa karya Kho Ping Hoo sekurang-kurangnya adalah 180 judul buku. Jika angka “sekurang-kurangnya” itu dikali 30 rata-rata jumlah jilid per satu judul buku, maka minimal Kho Ping Hoo memiliki buah buku yang asli sebelum dilipatgandakan untuk dijual ke pasaran. Baca juga Komik Siksa Neraka Saleh Belum Tentu, tapi Pasti Bikin Ngeri Kisah Komikus Tatang S. Mengangkat Cerita Rakyat Jelata Berkelana dari Kota ke Kota Layaknya seorang pendekar dalam dunia persilatan yang sering digambarkan berkelana, Khoo Ping Hoo pun melakukan hal yang sama sebelum ia terkenal. Ia berkali-kali pindah tempat tinggal karena desakan situasi yang terus berubah. Asmaraman dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah, pada 17 Agustus 1926. Sempat sekolah di HIS Hollands Inlandsche School, dan sebentar di MULO Meer Uitgebreid Lager Onderwijs. Setelah dewasa, karena menurutnya Sragen hanya bisa memberinya pekerjaan sebagai penarik becak, akhirnya ia pindah ke Kudus. Di Kota Kretek, ia diterima sebagai mandor di sebuah pabrik rokok. Saat Jepang masuk, ia pindah ke Surabaya dan menjadi penjual obat keliling. Namun lagi-lagi karena situasi di kota itu bergolak karena perang revolusi, ia akhirnya kembali ke Sragen. Dan kota kelahirannya masih seperti dulu saat mula-mula ia tinggalkan, masih tak memberinya peluang penghidupan yang lebih baik. Ia lalu memutuskan membawa istri dan anak-anaknya pindah ke arah barat, yaitu ke Tasikmalaya. Menurut Nana Suryana Sobarie, peneliti Sastra Tionghoa peranakan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, yang ia kutip dari majalah Jakarta Jakarta, di Tasikmalaya Kho Ping Hoo mendapat kepercayaan dari seorang pengusaha yang bergerak di bidang jasa angkutan barang. Kariernya terus menanjak sampai akhirnya diangkat menjadi ketua serikat pengusaha jasa angkutan barang se-Tasikmalaya. Berbeda dengan dua kota sebelumnya yang sempat ia singgahi sebentar, di salah satu kota di Priangan Timur yang tenang itu ia kerasan hingga tinggal cukup lama, yakni enam tahun dari 1958 sampai 1964. Di sana pula minat lamanya pada dunia tulis-menulis mulai timbul lagi dan berkembang. Bersama para penulis lokal kota tersebut, ia mendirikan majalah Teratai yang dijadikan wadah bagi komunitas penulis. Untuk mendorong penjualan Teratai, mereka punya ide untuk memuat cerita-cerita silat yang waktu itu diminati masyarakat. Kho Ping Hoo lalu menghubungi Oej Kim Tiang, seorang penulis dan penerjemah cerita silat yang sudah terkenal untuk menyumbangkan karyanya. Namun permintaan tersebut ditolak si penulis. “Karena Oej Kim Tiang menolak permintaannya, ia mencoba menulis sendiri—bukan menerjemahkan seperti Oej Kim Tiang, karena ia tidak menguasai bahasa Tionghoa dengan baik,” tulis Sobarie dalam harian Pikiran Rakyat edisi 10 November 2014. Setelah itu lahirlah karya cerita silat bersambungnya yang pertama, Pedang Pusaka Naga Putih Pek Liong Pokiam pada 1958. Karya ini disukai pembaca, lalu menyusul berturut-turut cerita lain yang diterbitkan oleh Penerbit Analisa, Jakarta, seperti Si Teratai Merah 1959, Sepasang Naga Berebut Mustika 1960, Pendekar Bodoh 1961, Pedang Ular Merah 1962, Pendekar Sakti 1962, dan Pedang Penakluk Iblis 1962. Menyadari karya-karyanya laris manis di pasaran, Kho Ping Hoo yang punya pengalaman sebagai pedagang, segera mengambil peluang ini dengan mendirikan perusahan percetakan umum bernama Jelita. Sejumlah karyanya yang pernah diterbitkan di majalah Selecta, Monalisa, dan Roman Detektif, ia kumpulkan dan terbitkan sendiri. Namun usahanya lewat Jelita terpaksa berumur pendek, karena pada 1963 Tasikmalaya dilanda kerusuhan rasial yang banyak memakan korban warga keturunan Tionghoa, termasuk dirinya yang kehilangan sejumlah harta yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun di kota tersebut. Setahun setelah kerusuhan, ia memutuskan untuk meninggalkan Tasikmalaya dan pindah ke Solo . Meski harta benda habis dan sejak zaman Jepang berkali-kali dirundung kekacauan di perantauan, ia tak lantas putus asa. Di Solo, ia mencoba bangkit dan menata kembali hidupnya. Kho Ping Hoo terus menulis dan bersama anak-anaknya mendirikan bisnis percetakan dan penerbitan bernama CV Gema pada tahun juga Usaha Menyilatkan Dunia dan Menduniakan Silat Cerita-Cerita Panas Motinggo Busye yang Mengungkit Syahwat Masa Kejayaan Si Pendekar “Ia lebih hebat dari saya. Ia tidak dapat membaca aksara Cina, tetapi imajinasi dan bakat menulisnya luar biasa. Ceritanya asli dan khas, sangat sulit ditandingi,” ujar Gan Kok Liong, maestro penerjemah cerita silat Cina dalam Bayang Baur Sejarah Sketsa Hidup Penulis-penulis Besar Dunia 2003 karya Aulia A. Muhammad. Sepanjang kiprahnya menulis cerita silat, dalam catatan Nana Suryana Sobarie dalam artikel “Reproduksi Buku Kho Ping Hoo” Pikiran Rakyat edisi 10 November 2014, Kho Ping Hoo menulis 152 judul buku yang terdiri dari 127 cerita silat berlatar Tiongkok, dan 25 cerita silat berlatar Indonesia Jawa. Sedangkan Leo Suryadinata menyebut angka 180 judul buku. Terlepas dari perbedaan angka tersebut, semua karya Kho Ping Hoo laris di pasaran. Permintaan yang luar biasa banyak dari konsumen dapat dipenuhi oleh CV Gema yang dijalankan oleh Kho Ping Hoo dan anak-anaknya. Mereka menerapkan kontrol ketat dalam memproduksi dan memasarkan buku produksinya. Bapak dan anak ini mengerjakan banyak hal, mulai dari menulis, menyunting, merancang, mencetak, hingga mendistribusikannya ke agen atau toko buku yang ada di kota-kota besar di Indonesia. “Cerita-cerita silat Kho Ping Hoo digarap lewat metode kejar tayang. Tidak ada karya Kho Ping Hoo yang diluncurkan ke publik sesudah ceritanya selesai ditulis; semuanya digarap jilid demi jilid lewat model kerja paralel,” tulis Sobarie. Ia menambahkan, meski dikerjakan dengan cara seperti itu, tapi Kho Ping Hoo hampir tidak pernah mengalami kendala teknik yang berarti. Hal tersebut menurut Bunawan, salah seorang ahli waris Kho Ping Hoo seperti dikutip Sobarie, karena ia memiliki ringkasan cerita yang tengah dikerjakan. Ringkasan tersebut dibuat berdasarkan bagian atau jilid yang sudah selesai. Di sana terdapat nama-nama tokoh, asal-usulnya, ciri fisiknya, sifat-sifatnya, atribut yang dipakainya, dan lain-lain. Dengan cara seperti itu, karya Kho Ping Hoo yang rata-rata tiap judul berjumlah 30 jilid dan berisi berbagai nama tokoh, nama tempat, waktu, dan peristiwa, dapat dihindarkan dari kekeliruan dan tumpang tindih penulisan. Menurut Sobarie, secara garis besar semua cerita silat Kho Ping Hoo berbicara tentang kewajiban utama manusia dalam hidupnya, yaitu mencegah dan membasmi kejahatan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Marcel Bonneff dalam Komik Indonesia 2001 yang menulis bahwa dalam cerita silat, pendekar sejati ditakdirkan menjalani kehidupan yang berbeda dengan manusia kebanyakan, yakni membela kebenaran dan keadilan sebuah tugas yang melekat pada dirinya. “Tugas membela kebenaran dan keadilan tidak mengenal ikatan ruang dan waktu, ia wajib menyelesaikan segala persoalan itu. […] Satu hal yang tidak terhindarkan, tugas seorang pendekar teramat dekat dengan kematian karena takdir hidupnya memang mesti dilalui dengan jalan pedang, membunuh atau terbunuh,” tulisnya. Dan para pendekar dalam cerita silat Kho Ping Hoo tak lepas dari nalar tersebut. Setiap saat mereka harus berhadapan dengan persoalan-persoalan ketidakadilan yang harus mereka menangkan. Di lapangan bisnis, seperti halnya para pendekar tersebut, karya-karya Kho Ping Hoo berhasil memikat dan memenangkan hati para pembacanya. Dalam Kho Ping Hoo & Indonesia 2012 yang disunting oleh Ardus M. Sawerga, Kho Ping Hoo mengungkapkan alasannya kenapa ia banyak menulis cerita silat, yaitu untuk mencurahkan hati dan melepaskan persoalan penindasan yang ada di dalam batinnya. Hal tersebut kiranya timbul karena hampir sepanjang hidupnya ia didera berbagai peristiwa yang merawankan perasaannya, mulai dari zaman Jepang, revolusi, sampai kerusuhan rasial yang meletus pada 1963 di Tasikmalaya dan menyeretnya untuk terus-menerus berpindah tempat tinggal. “Dalam kehidupan sehari-hari saya sering menjumpai ketidakadilan, penindasan, dan kerakusan, tapi saya hanya bisa marah dalam hati. Untuk mengkritik saya tidak memiliki keberanian. Lewat cerita silat saya bisa mengkritik tanpa harus menyakiti perasaan siapapun,” tuturnya. Lewat para pendekar yang hidupnya dilalui dengan jalan pedang, ia hendak mengajak para pembacanya bukan lewat silatnya, melainkan melalui kehidupan para tokohnya, suka duka kehidupannya dalam menghadapi, mempelajari, menyelidiki, dan menanggulangi persoalan ketidakadilan yang terjadi di 22 Juli 1994, tepat hari ini 24 tahun yang lalu, Kho Ping Hoo meninggal di Tawangmangu. Pendekar itu telah mengakhiri jalan pedangnya. - Humaniora Penulis Irfan TeguhEditor Nuran Wibisono Reads 688,504Votes 8,068Parts 136Complete, First published Jan 10, 2017Table of contentsTue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Tue, Jan 10, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017Wed, Jan 11, 2017BUKU 3. CINTA BERNODA DARAHThu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017Thu, Jan 12, 2017BUKU 6. KISAH PENDEKAR BONGKOK TAMATFri, Jan 13, 2017BUKU 7. PENDEKAR SUPER SAKTI IFri, Jan 13, 2017BUKU 7. PENDEKAR SUPER SAKTI II TAMATFri, Jan 13, 2017BUKU 8. SEPASANG PEDANG IBLIS IFri, Jan 13, 2017BUKU 8. SEPASANG PEDANG IBLIS IIFri, Jan 13, 2017BUKU 8. SEPASANG PEDANG IBLIS IIIFri, Jan 13, 2017BUKU 8. SEPASANG PEDANG IBLIS IVFri, Jan 13, 2017BUKU 8. SEPASANG PEDANG IBLIS VFri, Jan 13, 2017BUKU 8. SEPASANG PEDANG IBLIS VIFri, Jan 13, 2017BUKU 8. SEPASANG PEDANG IBLIS VII TAMATFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI IFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI IIFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI IIIFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI IVFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI VFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI VIFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI VIIFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI VIIIFri, Jan 13, 2017BUKU 9. KISAH SEPASANG RAJAWALI IX TAMATFri, Jan 13, 2017BUKU 10. JODOH RAJAWALI IWed, Jan 18, 2017BUKU 10. JODOH RAJAWALI IIWed, Jan 18, 2017BUKU 10. JODOH RAJAWALI IIIWed, Jan 18, 2017BUKU 10. JODOH RAJAWALI IVWed, Jan 18, 2017BUKU 10. JODOH RAJAWALI VWed, Jan 18, 2017BUKU 10. JODOH RAJAWALI VIWed, Jan 18, 2017BUKU 10. JODOH RAJAWALI VII TAMATWed, Jan 18, 2017BUKU 11. SULING EMAS & NAGA SILUMAN IWed, Jan 18, 2017BUKU 11. SULING EMAS & NAGA SILUMAN IIWed, Jan 18, 2017BUKU 11. SULING EMAS & NAGA SILUMAN IIIWed, Jan 18, 2017BUKU 11. SULING EMAS & NAGA SILUMAN IVWed, Jan 18, 2017BUKU 11. SULING EMAS & NAGA SILUMAN V TAMATWed, Jan 18, 2017BUKU 12. KISAH PARA PENDEKAR PULAU ES IWed, Jan 18, 2017BUKU 12. KISAH PARA PENDEKAR PULAU ES IIWed, Jan 18, 2017BUKU 12. KISAH PARA PENDEKAR PULAU ES IIIWed, Jan 18, 2017BUKU 12. KISAH PARA PENDEKAR PULAU ES TAMATWed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017BUKU 14. KISAH SI BANGAU PUTIHWed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017BUKU 15. KISAH SI BANGAU MERAHWed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017Wed, Jan 18, 2017BUKU 17. PUSAKA PULAU ES IWed, Jan 18, 2017Bu Kek Siansu adalah sebuah karakter khayalan hasil karya Kho Ping Hoo, dan merupakan serial bersambung terpanjang terbaik di samping seri Pedang Kayu Harum Siang Bhok Kiam. Ia dikisahkan pada masa kecilnya disebut Anak Ajaib Sin Tong karena dalam usianya yang amat muda telah memiliki kepandaian dalam mengobati berbagai penyakit. Kebiasaannya menjemur diri di sinar matahari pagi dan di bawah terangnya bulan purnama, menguatkan tulang dan membersihkan darahnya sehingga menarik minat kaum datuk persilatan untuk mengangkatnya menjadi murid. Perebutan atas diri bocah ajaib yang bernama Kwa Sin Liong, anak tunggal dari Keluarga Kwa di kota Kun-Leng, akhirnya dimenangkan oleh Pangeran Han Ti Ong. Seorang sakti keturunan raja yang bertempat tinggal di sebuah tempat yang mendekati dongeng di laut utara, yang dikenal di kalangan kangouw sungai-telaga dengan nama Pulau Es yang konon Istana yang ada di pulau es terdapat banyak sekali kitab-kitab sakti.. Kelak Kwa Sin Liong menjadi pewaris Pulau Es, setelah kerajaan yang dipimpin Han Ti Ong musnah disapu banjir besar tsunami?. Dia kemudian disebut-sebut sebagai manusia dewa. Dia punya kebiasaan menurunkan satu jenis ilmu silat setiap awal musim semi. Ilmu yang didapat Kam Bu Song Suling Emas bersumber darinya. Namun secara resmi Bu Kek Siansu hanya mempunyai tiga orang murid, yakni Kam Han Ki, Maya dan Khu Siauw Bwee. Nama Bu kek Sian Su terakhir kali muncul di dunia Kangouw pada kisah "Istana Pulau Es" Cerita silat Serial Bu Kek Siansu diawali dengan episode Bu Kek Siansu pada pagi yang indah di dalam hutan di lereng Pegunungan Jeng Hoa San Gunung Seribu Bunga. Terjadi perebutan seorang anak ajaib Sin Tong oleh beberpa tokoh persilatan yang sangat terkenal namun ditolong oleh Raja Istana Pulau Es dan menjadi muridnya yang kelak menjadi manusia setengah dewa ... Cerita ini berlangsung hampir seribu tahun dan berakhir pada episode ke 17 yaitu seri Pusaka Pulau Es.6pendekar

kho ping hoo dunia kangouw